BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu makhluk hidup yang
memiliki banyak keuntungan bagi manusia adalah tumbuhan. Tumbuhan bukan hanya
menghasilkan oksigen untuk manusia dan juga hewan, tumbuhan juga merupakan
sumber makanan bagi makhluk hidup lainnya. Tumbuhan merupakan makhluk hidup
yang mampu membuat makanannya sendiri atau disebut dengan autotrof. Oleh karena
itu tumbuhan merupakan mahluk hidup yang dapat menghasilkan buah yang dapat
kita manfaatkan untuk kehidupan sehari-hari baik dalam menyediakan gizi,
vitamin serta segi keindahan (estetika) yang terkandung pada morfologi tanaman
tersebut.
Cara
pembiakan dari tumbuhan dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu, pembiakan
vegetatif dan pembiakan generatif. Pembiakan yang sekarang ini sedang diminati
banyak petani adalah jenis perkembangbiakan secara vegetatif. Hal ini
dikarenakan pembiakan dengan cara vegetatif lebih memiliki banyak keuntungan
bagi manusia. Keuntungannya adalah hasil yang diperoleh dari pembiakan vegetatif
ini memiliki sifat yang sama dengan induknya dan relatif lebih cepat. Salah satu
contoh pembiakan tanaman secara vegetatif adalah pembiakan dengan mencangkok
yang biasa disebut air layerage atau disebut juga bumbun.
Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara
merangsang tumbuhnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai
tanaman baru. Teknik pembiakan tanaman dengan cara mencangkok sudah lama dikenal
oleh para petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada
pembiakan vegetatif dengan cara ini akar akan tumbuh ketika masih berada
di pohon induk. Mencangkok merupakan salah satu
cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang
memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan. Pencangkokan
dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit sekeliling batang, lebar sayatan
tergantung pada jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian
rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis).
Setelah luka yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan
agar bahan cangkokan cepat berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari
tanah dan kompos dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang
diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang bagus, batang dapat
segera dipotong dan ditanam di lapang.
Jenis-jenis tanaman yang bisa
dicangkok adalah pohon buah-buahan, misalnya: mangga, beberapa jenis jeruk,
berbagai jenis jambu, delima, belimbing, lengkeng dan sebagainya. Selain
tanaman buah-buahan, tanaman hias bisa juga dicangkok misalnya: bunga sakura,
kemuning, soka, nusa indah, bougenvile, cemara dan sebagainya. Waktu mencangkok
musim hujan maupun kemarau sebenarnya bukan masalah. Kedua musim ini dapat
digunakan untuk mencangkok walaupun masing-masing ada kelebihan dan
kekurangannya.
1.2 Tujuan
1.
Untuk mengetahui dan mempelajari cara mencangkok dan untuk
mengetahui pertumbuhan akar cangkokan.
2.
Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan
sistem perakaran.
BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA
Untuk memperbanyak jenis dan
mempertahankan kelestarian jenis tanaman perlu, dilakukan pembiakan tanaman.
Pembiakan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara pembiakan tak
kawin (vegetatif) dan pembiakan kawin (generatif). Pembiakan tak kawin
berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetatif dari tumbuhan induknya yang
kemudian tumbuh menjadi individu baru. Cara pembiakan tak kawin ini berlangsung
tanpa perubahan susunanan kromosom, sehingga sifat yang diturunkan sama dengan
sifat induknya. Yang termasuk pembiakan vegetatif antara lain okulasi, stek, cangkok,
sambung, graffting (Jumin, 2002).
Tanaman dapat
diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif, yang membedakan keduanya
adalah behan yang digunakan dalam perbanyakannya. Perbanayakannya tumbuhan
dengan cara generatif menggunakan biji sebagai bahan media tanam. Sedangkan
perbanyakan tumbuhan dengan cara vegetatif menggunakan bahan tanam selain biji,
dapat berupa cabang, batang, akar dan daun. Pemilihan dua acara tersebut
tergantung pada beberapa hal, diantaranya tersedianya bahan tanam, sifat tanaman,
ketersediaan tenaga terampil, alat, atau sarana serta tujuan (Salisbury &
Cleon, 1995).
Salah satu metode yang
sering dilakukan dalam usaha pembudidayaan tanaman dengan cara vegetatif buatan
adalah dengan cara cangkok. Mencangkok merupakan usaha yang dilakukan untuk
memperbanyak diri dengan menggunakan batang apikal yang masih tumbuh.
Mencangkok hanya dapat dilakukan pada tanaman dikotil yang mempunyai kambium.
Pada tanaman monokotil yang tidak mempunyai kambium dan cenderung tumbuh
merambat dan berbatang kecil. Selain itu, tanaman monokotil yang tidak memiliki
kambium apabila dilakukan penyayatan pada batang tanaman akan langsung malukai
jaringan pengangkut ( floem dan xylem) (Ashari, 1995).
Cangkok bertujuan
untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat baik yang sama dengan
induknya misalnya buah dan agar tanaman lebih kuat terhadap hama penyakit.
Tumbuhan yang akan dicangkok bisa ditanam di dalam pot karena tanaman yang
dicangkok tersebut sangat mudah dirawat pohonnya juga tidak akan terlalu tinggi
seperti tanaman yang tidak dicangkok dan pohon yang tumbuh dengan cara
dicangkok tidak akan mempunyai akar tunggang (Harmann, 2004).
Tanaman yang
sering dicangkok adalah tanaman yang berkayu, hal ini dimaksudkan pada tanaman
berkayu tanaman mudah untuk dicangkok. Adapula tanaman berkayu yang sulit
dicangkok semisal cemara atau tanaman berdaun jarum. Tanaman tak berkayu pun
dapat pula dicangkok tentu saja dengan cara yang berbeda, sebagai contoh
tanaman pepaya dan salak (Wudianto, 1997).
Teknik
perbanyakan vegetatif dengan cara pelakuan atau pengeratan cabang pohon induk
dan dibungkus media untuk merangsang terbentuknya akar. Pada teknik ini tidak
ada batang bawah dan batang atas. Teknik ini relatif sudah dilakukan oleh
petani dan keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses mencangkok akar
akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Produksi dan kualitas buahnya
akan persis sama dengan tanaman induknya. Tanaman asal cangkok bisa ditanamam
pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan.
Disamping keuntungan, terdapat juga beberapa kekurangan/kerugian pembibitan
dengan sistem cangkok. Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering.
Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang. Pohon
induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipohon. Dalam satu
pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga
perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini.
Media untuk mencangkok bisa menggunakan serbuk sabut kelapa ataupun cacahan
sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/ pupuk kandang dengan tanah
(1 : 1). Kalau disekitar kebun ada tanaman bambu, maka tanah dibawah bambu yang
telah bercampur seresah daun bambu dan sudah membusuk bisa juga digunakan untuk
media cangkok. Waktu pelaksanaan sebaiknya pada awal musim hujan, sehingga
cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim
hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga
(Herawan, 2003).
Jenis – jenis tanaman yang biasanya
dibiakan dengan cara pencangkokan adalah pohon buah-buahan dan tanaman
hias,misalkan pada buah-buahan yaitu mangga,beberapa jenis jeruk,berbagai jenis
jambu,delima,lengkeng dll.pada tanaman-tanaman hias yaitu:bunga sakura,kemuning,soka,bugenvil,sri
rejeki,dll. Tanaman tanaman tersebut adalah tanaman yang berkayu yang mudah
untuk di cangkok.Adapun tanaman berkayu yang sulit untuk di cangkok,namun
karena ada caranya ahirnya mampu juga mengeluarkan akarnya setelah dicangkok.sebagai
misal adalah tanaman cemara atau tanaman berdaun jarum lainnya.Pengairan dan
Penyiraman,Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari
cangkokan/okulasi ditanam,penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi
dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu
kali sehari..Dan bila hujan turun terlalu lebat diusahakan agar sekeliling
tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan
air Pemeliharaan Lain,Untuk memacu munculnya bunga diperlukan larutan KNO3
(Kalsium Nitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak
diberi KNO3 dan juga mempunyai keunggulan memperbanyak "dompolan"
bunga (tandan)pada setiap stadium(tahap perkembangan) serta mempercepat
pertumbuhan buah (Kusumo, 2001).
Dalam mencangkok umumnya digunakan
cabang orthotrof yang tidak telalu tua maupun terlalu muda yang umumnya
berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan untuk pembungkus cangkokkan biasanya
digunakan sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai media
perakaran. Supaya cangkokkan dapat berhasil dengan baik, dengan waktu yang
relatif cepat dan ekonomis maka sabut kelapa atau karung goni diganti dengan
plastik. Medium perakaran tanah dapat diganti dengan gambut atau lumut. Lumut
yang digunakan sebagai media tanam mempunyai sifat selain anti septik juga
dapat menahan kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dalam pelaksanaan
pencangkokkan tidak perlu terlalu sering disiram air. Mengenai kulit bagian
atas yang diiris sebaiknya dioles dengan Rootone F yang berguna untuk
mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar.(Samson, 2000).
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman
adalah : (1) waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu
melakukan penyiraman berulang-ulang, (2) Memilih batang cangkok, pohon induk
yang digunakan adalah yang umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, kuat,
sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, (3) Pemeliharaan cangkokan,
pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan cukup lembab sepanjang
waktu (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Bibit cangkok diperoleh dengan menghambat proses pengiriman zat
makanan dari daun ke akar dengan menghilangkan lapisan kambium tanaman induk.
Selanjutnya pada bagian tersebut dilakukan pembumbuan untuk member kondisi yang
sesuai bagi pertumbuhan akar sehingga ditempat tersebut akan tumbuh akar.
Selama pertumbuhan akar, cabang tersebut masih bersatu dengan induknya sampai
pertumbuhan akarnya mencukupi sehingga dapat dipindahkan menjadi bibit tanaman.
Setelah jumlah akarnya mencukupi, cabang tersebut dipotong sehingga
terbentuklah bibit yang siap tanam. Namun, akar yang tumbuh pada bibit cangkokan
ini tidak sebaik akar yang terbentuk pada bibit dari biji. Akarnya lebih pendek
dan cenderung tumbuh ke samping sehingga daya jangkau akar dalam menyerap
makanan dan air lebih dangkal (
Widiarto, 2003).
Keuntungan dari
perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah dapat dilaksanakan pada saat
diperlukan, dan mampu menyediakan bibit dalam jumlah yang banyak. Selain itu
bibit yang dihasilkan akan memiliki susunan genetik yang sama dengan induknya.
Perbanyakan vegetatif ulin telah diupayakan dengan teknik pembiakan vegetatif
stek, tetapi persentase berakar yang dihasilkannya masih rendah. Subiakto
(2005) melaporkan bahwa perbanyakan vegetatif ulin secara stek dengan
menggunakan media campuran serbuk sabut kelapa – sekam padi perbandingan 2 : 1
serta diberikan hormon tumbuh Rootone-F menghasilkan persentase berakar sebesar
69 %. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya teknik perbanyakan vegetatif
lain yang diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan perbanyakan vegetatif ulin
(Putri, 2007).
Tujuan
pencangkokan adalah untuk mendapatkan anakan/bibit untuk pembangunan bank klon,
kebun benih klon, kebun persilangan, karena dengan teknik ini bibit yang
dihasilkan bersifat dewasa sehingga lebih cepat berbunga/berbuah. Pencangkokan
dilakukan pada pohon-pohon plus yang telah dipilih di kebun benih.2 Penggunaan teknik mencangkok dilakukan
dalam rangka penyediaan materi untuk bank klon, kebun persilangan dan kebun
benih klon (Adinugraha, 2007).
Pencangkokkan dengan bantuan sinar UV (l > 300 nm) yang
lebih umum dikenal dengan istilah fotografting, diketahui merupakan
suatu metode yang efektif untuk fungsionalisasi berbagai polimer material [10].
Berbagai gugus fungsi (fungsionalisasi) dapat dimasukkan ke dalam suatu polimer
dengan metode fotografting dengan memilih jenis atau sifat yang dimiliki
oleh monomer yang akan dicangkok [11]. Dalam penelitian sebelumnya telah
dipelajari fotografting beberapa monomer vinil seperti asam metakrilat
[12], asam akrilat [13], glisidil metakrilat [14], dan N-isopropilakrilamida [15]
pada film polietilen dengan menggunakan xanthone (XT) sebagai fotoinisiator.
Jumlah monomer vinil yang tercangkok pada film PE sangat dipengaruhi oleh
sistim dan kondisi polimerisasi yang digunakan (Suka, 2010).
BAB
3. METODOLOGI
3.1.Tempat
dan Waktu
Praktikum pembiakan
vegetatif dengan cara mencangkok (air layerage ) dilakukan di Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Jember pada hari Kamis tanggal 15 Maret 2012 pukul 14.00 WIB sampai selesai.
3.2.Alat
dan Bahan
3.2.1.
Alat
1. Tali
Rafia
2. Serabut
Kelapa
3. Plastik
4. Pisau
Tajam (cutter)
5. Timba
3.2.2.
Bahan
1. Tanaman
Murbey (Morus nigra)
2. Pupuk
Kandang
3. Pupuk
Kompos
3.3.Cara
Kerja
1.
Menyiapkan
bahan dan alat yang diperlukan
2.
Memilih
batang satau cabag yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda
3.
Menyayat/
menghilangkan kulit dan kambium pada batang atau cabang tersebut sepanjang ± 10
cm
4.
Memberi
media pada bagian yang terluka secukupnya dengan pupuk kandang dan pupuk
kompos, kemudian ditutup dengan serabut kelapa dan plastik.
5.
Menjaga
kelembapan media dengan cara menyiram air.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, Hamdan Adma., dkk. 2007.
Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia Mangium. Jurnal Balai Besar Penelitian Bioteknologi
dan Pemuliaan Tanaman Hutan Vo. 5 No.2:1-2
Ashari, S.
1995. Holtikultura. UI-PRESS, Jakarta.
Harmann, H.T.
and D.E Kester. 2004. Plant propagation
principles and practices.
Prentice-Hall,Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.727 p.
Herawan, T.,
2003. Prppagasi Klon Acacia mangium Melalui Kultur Jaringan. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 1 No. 2.
Hal 43 – 48. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Jumin
H.B. 1987. Dasar-Dasar Agronomi. PT Rajagrafindo Persada. 250 p.
Kusumo,S,2001. Zat
Pengatur Tum buh Tanaman. Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta.
Putri,
Kurniawati P,. dkk. 2007. Pengaruh Hormon dan Media Tumbuh Akar Terhadap Keberhasilan Cangkok Ulin. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol.4 No.2:2
Rochiman, K., dkk.1973.Pembiakan Vegetatif.Bogor:Departemen
Agronomi Fakultas Pertanian IPB.
Salisbury &
Cleon, R. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.
Samson, J.A. 2000. Tropical fruit; The tropical
agriculture series of which this volume part. The editorship of Gordin.
Wrigley.
Suka, Irwan Ginting. 2010.
Kopolimerisasi Cangkok (Graftcopolymerization) N-Isopropilakrilamida Pada Film
Selulosa Yang Di Induksi Oleh Sinar Ultraviolet dan karakteristiknya. Jurnal Makara Sains Vol.14 No.1:2
Widiarto,
L.2003.Melakukan Pembiakan Tanaman Secara Vegetatif. Jakarta: Kanisius.
Wudianto, R.
1999. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar