Sabtu, 17 Maret 2012

TP Pembiakan Tanaman I Acara "Setek"


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Setiap makhluk hidup memerlukan pembiakan untuk mempertahankan jenisnya dan juga untuk bertahan hidup, termasuk didalamnya adalah tumbuhan. Cara pembiakan pada tumbuhan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : pembiakan dengan cara generatif atau yang disebut juga dengan cara kawin dan pembiakan dengan cara tidak kawin atau yang disebut juga vegetatif. Pembiakan dengan cara generatif dapat dilakukan dengan cara penyerbukan pada tumbuhan. Penyerbukan yaitu peristiwa jatuhnya benang sari di kepala putik. Dan selanjutnya melalui proses peleburan gamet jantan dari benang sari dengan gamet betina di kepala putik atau disebut dengan peristiwa pembuahan.
Sedangkan pembiakan dengan cara vegetatif adalah cara pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru dan sama persis dengan induknya. Prinsip dari pembiakan ini adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, daun, sekaligus. Pembiakan dengan cara vegetatif (tidak kawin) memiliki lebih banyak keuntungan daripada pembiakan dengan cara generatif (dengan kawin).  Keuntungannya adalah pembiakan dengan cara vegetatif dapat menghasilkan produk yang lebih banyak dan bervariasi dari satu induk saja. Selain itu, hasil yang diperoleh dari pembiakan vegetatif ini memiliki sifat yang mirip dengan induknya. Pembiakan dengan cara vegetatif dapat dilakukan dengan banyak cara, seperti : setek, sambung, cangkok dll.
Pembiakan dengan cara setek memilik teknik yang sangat mudah untuk dilakukan. Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa bagian dari tanaman seperti; akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian – bagian tanaman tersebut menghasilkan tanaman baru. Perbanyakan dengan setek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang, namun pada beberapa tanaman seperti Asparagus dalam kondisi terkontrol dapat dilakukan. Cara perbanyakan dengan metode setek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar dan akar yang baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan setek sehingga menjadi tanaman baru. Pembiakan dengan cara vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan batang (setek batang) contohnya adalah pada tanaman singkong, adenium, jeruk, dengan menggunkaan akar (setek akar) contohnya adalah cemara dan dengan menggunakan daun (setek daun) contohnya adalah cocor bebek.

1.2  Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan mempelajari cara-cara penyetekan.
2.      Untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap keberhasilan pembentukan sistem penakaran pada setek batang.


















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu cara perbanyakan tanaman untuk memenuhi kebutuhan bibit adalah perbanyakan secara vegetatif. Cara ini memiliki banyak keuntungan diantaranya kinerja genotipe yang baik dari tanaman induknya akan diulang secara konsisten dan berkelanjutan yang tidak diperoleh pada perbanyakan secara generatif atau biji. Sedangkan Zobel dan Talbert (1984) mengatakan bahwa dengan perbanyakan secara vegetatif menghasilkan tanaman yang lebih unggul, seragam dan dapat mempercepat hasil program pemuliaan tanaman (Mahfudz dkk , 2006).
Keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif antara lain keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya, tidak memerlukan peralataan khusus, alat dan teknik yang tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar, produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara kontinyu dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak, meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji (Pudjiono, 1996). Menurut Khan (1994) pembibitan secara vegetatif sangat berguna untuk program pemuliaan tanaman yaitu untuk pengembangan bank klon (konservasi genetik), kebun benih klon, perbanyakan tanaman yang penting hasil persilangan terkendali, misalnya hybrid atau steryl hybrid yang tidak dapat bereproduksi secara seksual, perbanyakan masal tanaman terseleksi (Adinugraha dkk, 2007).
Stek (cutting) adalah suatu teknik mengusahakan perakaran dan bagian-bagian tanaman (cabang, daun, pucuk dan akar) yang mengandung mata tunas dengan memotong dari induknya untuk tanaman, sehingga akan diperoleh tanaman baru.  Menurut bentuknya, setek dapat dibedakan menjadi beberapa bagian antara lain adalah stek akar, stek daun, stek batang, stek umbi dan stek pucuk (Pracaya, 1996).
Salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang secara teknis cukup mudah dan sederhana serta tidak membutuhkan biaya produksi dan investasi yang besar adalah stek. Teknik perbanyakan vegetatif dengan stek adalah metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari induknya di mana jika ditanam pada kondisi yang menguntungkan untuk beregenerasi akan berkembang menjadi tanaman yang sempurna (Harjadi, 1995).
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyetekan adalah pembentukan akar, karena timbulnya akar merupakan indikasi berhasil tidaknya setek tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu penyetekan adalah faktor tanaman, faktor lingkungan dan faktor pelaksanaan (Rochiman dan Harjadi 1973).
Perbanyakan secara stek akan diperoleh tanaman yang baru yang sifatnya seperti induknya.  Stek dengan kekuatan sendiri akan menumbuhkan akar dan daun sampai dapat menjadi tanaman yang sempurna dan menghasilkan bunga dan buah (Wudianto, 2002).
Setek pucuk merupakan salah satu cara perbanyakan vegetatif dengan cara memanfaatkan tunas atau trubusan dari batang muda yang masih dalam pertumbuhan dengan cara menumbuhkan tunas-tunas aksiler pada media tanam sehingga menghasilkan akar dan selanjutnya ditanam dilapangan. Penggunaan zat pengatur tumbuh dilakukan untuk memacu terbentuknya perakaran pada setek. Auksin seperti IBA, IAA, dan NAA merupakan komponen dalam zat pengatur tumbuh sintetik yang telah banyak beredar dipasar yang berfungsi dan memiliki efek sama dalam pembentukan jumlah dan panjang akar sedangkan penggunaan media tanam merupakan aspek penting dalam perbanyakan tanaman secara setek karena media tumbuh diperlukan sebagai sarana penyedian nutrisi (hara tanah), kelembapan, suhu, dan oksigen yang optimal (Mahfudz dkk , 2006).
Stek akar banyak yang digunakan pada tanaman perkebunan.  Bagian akar yang kita ambil adalah cabang akar yang tidak jauh dari akar tunggang dan berasal dari tanaman yang berdaun banyak.  Hal ini dimaksudkan agar akar yang digunakan mempunyai persiapan-persiapan karbohidrat, protein dan lemak sebagai cadangan makanan dari hasil fotosintesis dan sebagai sumber energy untuk pembentuk akar baru (Hardjadi, 1996).
Kita memang kurang akrab dengan stek akar, sehingga pengetahuan kita tentang jenis tanaman apa yang biasa diperbanyak dengan stek akar juga sangat terbatas.  Orang-orang yang tinggal di negeri 4 musim menyerbutkan bahwa stek akar sangat mudah dilakukan.  Banyak jenis tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara ini yaitu beberapa tumbuhan yang berbentuk pohon, semak, tanaman pemanjat, perennial (tanaman tahunan) dan tanaman dataran tinggi dan beberapa tanaman pohon yang sudah kita ketahui bias diperbanyak dengan stek akar adalah cemara, jambu biji, jeruk keprok, kesemak, dan sukun (Wudianto, 2002).
Teknik multiplikasi bibit melalui stek batang bibit merupakan salah satu alternatif dalam rangka menduplikasi genetik bibit yang diketahui memiliki kualitas unggul. Dari satu batang bibit yang telah diketahui kualitas genetiknya dapat diperbanyak menjadi beberapa batang bibit baru yang memiliki kualitas yang seragam. Teknik multiplikasi bibit ini sangat berguna untuk memperoleh bibit dalam skala yang banyak dengan kualitas yang seragam dan menghemat penggunaan benih. Teknik ini akan tersa lebih bermanfaat apabila jenis tanaman sulit diperoleh benihnya. Dibandingkan multiplikasi secara invitro pada kultur jaringan, teknik multiplikasi bibit lebih efisien dan tidak membutuhkan sarana yang lebih rumit. Kunci utama dalam keberhasilan teknik multiplikasi bibit adalah bagaimana dapat menumbuhkan akar dengan baik (Hidayat, 2010).
Batang yang dipilih untuk stek batang adalah biasanya mempunyai umur kurang lebih satu tahun.  Cabang yang terlalu tua tentunya kurang baik untuk distek karena sulit untuk membentuk akar sehingga memerlukan waktu lama, sedangkan cabang terlalu muda (tekstur lunak) proses penguapan sangat cepat sehingga stek menjadi lemak dan akhirnya mati (Rukmana, 1996).
Stek batang adalah stek yang menggunakan bagian dari batang tanaman, sebagian orang menyebutkan dengan stek cabang.  Umumnya tanaman yang dikembangbiakan dengan stek cabang adalah tanaman berkayu.  stek cabang ini meliputi stek cabang yang telah tua dan cabang yang setengah tua (Wudianto 2002).
Stek batang banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman buah.  Syarat multah tanaman yang akan diperbanyak secara stek batang adalah harus memiliki cambium batang, cabang atau ranting yang ideal untuk bahan stek harus memenuhi syarat berikut : tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dengan umur tanaman sekitar 1 tahun dan batangnya berwarna kehijaun, sehat yaitu bebas dari hama dan penyakit,subur, dan tidak tergantung keadaan efisiensi atau kekurangan salah satu unsure yang diperoleh tanaman, diameter  bahan stek sekitar 0,5 cm dan bahan stek harus memiliki cukup bakal  tunas (Rahardja dan wahyu, 2003).
Stek daun adalah pembiakan dengan pematangan sehelai daun dari tanaman induknya dengan maksud mengusahakan perakaran dari bagian daun tersebut, stek daun banyak diterapakan pada tanaman hias sukulen, daun lebal berdaging dan kandungan airnya juga tinggi.  Daun yang dipilih untuk stek ini harus telah cukup umurnya dan mempunyai karbahidrat yang tinggi dan harus hijau (Setyati, 1995).
Perbanyakan dengan stek daun yaitu menggunakan sehelai daun yang lengkap dengan tangkainya, sedangkan pada tanaman lain seperti begonia diperbanyak dengan helai daun tanpa tangkai.tanaman sukuren yang mempunyai daun berukuran besar, yaitu panjang lebih dari 10 cm, dapat diperbanyak dengan memotong daunnya secara horizontal menjadi bagian-bagian (Basir, 1998).


BAB 3. METODOLOGI
3.1.Tempat dan Waktu
Praktikum pembiakan vegetatif dengan cara setek (cuttage) dilakukan di Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Kamis tanggal 8 Maret 2012 pukul 14.00 WIB sampai selesai.

3.2.Alat dan Bahan
3.2.1.      Alat
1.      Polibag
2.      Pisau tajam (cutter)
3.      Botol semprot (hand sprayer)
4.      Timba

3.2.2.      Bahan
1.      Tanaman buah naga (Hylocereus sp.)
2.      Media pasir
3.      Kompos
4.      Arang sekam

3.3.Cara Kerja
1.      Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang diperlukan.
2.      Membuat perlakuan media tanam menjadi beberapa komposisi sebagai berikut:
a.       Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 3 : 1 : 1
b.      Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 1 : 3 : 1
c.       Mencampur pasir, kompos, arang sekam perbandingan 1 : 1 : 3
3.      Memasukkan media tanam ke dalam polibag dengan volume 2/3 bagian dari dasar polibag.
4.      Memilih bahan stek dengan memotong bagian batang buah naga yang agak muda miring 45o ukuran kurang lebih 10 cm.
5.      Menanam bahan stek tersebut kedalam polibag yang telah diisi dengan komposisi media tanam hingga 1/3 bagian.
6.      Menjaga kelembaban tanah dengan melakukan penyiraman menggunakan hand sprayer.



























DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, Hamdan Adma, dkk. 2007. Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia mangium. Jurnal Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan vol 5 No. 2:1

Basri Jumin, 1998.  Dasar-Dasar Agronomi.  Jakarta : Rajawali Press.

Hidayat, Yayat. 2010. Pertumbuhan Akar Primer, Sekunder, Dan Tersier Stek Batang Bibit Surian. Jurnal Wana Mukti Forestry Research vol 10 (2):1.

Mahfudz, dkk. 2006. Pengaruh Zat pengatur tumbuh Dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Merbau. Jurnal Pusat Litbang Hutan Tanaman Universitas Wangsa Manggala Vol 3 No. 1:1.

Pracaya, 1996. Bertanam Mangga.  Jakarta : Penebar Swadaya.

Raharja, P.C. dan Wahyu Wiryanta, 2003.  Aneka Cara Memperbanyak Tanaman.  Depok : Penerbit  Agro Media Pustaka.

Rahmat Rukmana, 1996. Bertanam Sayuran. Yogyakarta:Kanisius.

Rini Wudianto, 2002.  Membuat Setek, Cangkok dan okulasi.  Jakarta : Penebar Swadaya

Setyati Hardjadi, 1995.  Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar