BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup memerlukan pembiakan untuk
mempertahankan jenisnya dan juga untuk bertahan hidup, termasuk didalamnya
adalah tumbuhan. Cara pembiakan pada tumbuhan dapat dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu : pembiakan dengan cara generatif atau yang disebut juga dengan cara
kawin dan pembiakan dengan cara tidak kawin atau yang disebut juga vegetatif. Pembiakan
dengan cara generatif dapat dilakukan dengan cara penyerbukan pada tumbuhan.
Penyerbukan yaitu peristiwa jatuhnya benang sari di kepala putik. Dan
selanjutnya melalui proses peleburan gamet jantan dari benang sari dengan gamet
betina di kepala putik atau disebut dengan peristiwa pembuahan.
Sedangkan pembiakan dengan cara vegetatif adalah cara pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti
batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman
yang baru dan sama persis dengan induknya. Prinsip dari pembiakan ini
adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian
tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang,
daun, sekaligus. Pembiakan dengan cara
vegetatif (tidak kawin) memiliki lebih banyak keuntungan daripada pembiakan dengan
cara generatif (dengan kawin).
Keuntungannya adalah pembiakan dengan cara vegetatif dapat menghasilkan
produk yang lebih banyak dan bervariasi dari satu induk saja. Selain itu, hasil
yang diperoleh dari pembiakan vegetatif ini memiliki sifat yang mirip dengan
induknya. Pembiakan dengan cara vegetatif dapat dilakukan dengan banyak cara,
seperti : setek, sambung, cangkok dll.
Pembiakan dengan cara setek
memilik teknik yang sangat mudah untuk dilakukan. Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan
beberapa bagian dari tanaman seperti; akar, batang, daun dan tunas dengan
tujuan bagian – bagian tanaman tersebut menghasilkan tanaman baru. Perbanyakan
dengan setek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada
monokotil masih jarang, namun pada beberapa tanaman seperti Asparagus dalam
kondisi terkontrol dapat dilakukan. Cara
perbanyakan dengan metode setek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan
kondisi tanaman yang sukar berakar dan akar yang baru terbentuk tidak tahan
stres lingkungan. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh
terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan setek sehingga menjadi tanaman
baru. Pembiakan
dengan cara vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan batang (setek batang) contohnya
adalah pada tanaman singkong, adenium, jeruk, dengan menggunkaan akar (setek
akar) contohnya adalah cemara dan dengan menggunakan daun (setek daun)
contohnya adalah cocor bebek.
1.2 Tujuan
1.
Untuk mengetahui dan mempelajari
cara-cara penyetekan.
2.
Untuk mengetahui pengaruh komposisi
media tanam terhadap keberhasilan pembentukan sistem penakaran pada setek
batang.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Salah
satu cara perbanyakan tanaman untuk memenuhi kebutuhan bibit adalah perbanyakan
secara vegetatif. Cara ini memiliki banyak keuntungan diantaranya kinerja
genotipe yang baik dari tanaman induknya akan diulang secara konsisten dan
berkelanjutan yang tidak diperoleh pada perbanyakan secara generatif atau biji.
Sedangkan Zobel dan Talbert (1984) mengatakan bahwa dengan perbanyakan secara
vegetatif menghasilkan tanaman yang lebih unggul, seragam dan dapat mempercepat
hasil program pemuliaan tanaman (Mahfudz dkk , 2006).
Keuntungan
penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif antara lain keturunan yang
didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya, tidak memerlukan
peralataan khusus, alat dan teknik yang tinggi kecuali untuk produksi bibit
dalam skala besar, produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim
buah, bisa dibuat secara kontinyu dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit
dalam jumlah yang cukup banyak, meskipun akar yang dihasilkan dengan cara
vegetatif pada umumnya relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun
lama kelamaan akan berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya
tanaman akan lebih cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal
dari biji (Pudjiono, 1996). Menurut Khan (1994) pembibitan secara vegetatif
sangat berguna untuk program pemuliaan tanaman yaitu untuk pengembangan bank
klon (konservasi genetik), kebun benih klon, perbanyakan tanaman yang penting
hasil persilangan terkendali, misalnya hybrid atau steryl hybrid yang tidak
dapat bereproduksi secara seksual, perbanyakan masal tanaman terseleksi
(Adinugraha dkk, 2007).
Stek
(cutting) adalah suatu teknik mengusahakan perakaran dan bagian-bagian tanaman
(cabang, daun, pucuk dan akar) yang mengandung mata tunas dengan memotong dari
induknya untuk tanaman, sehingga akan diperoleh tanaman baru. Menurut
bentuknya, setek dapat dibedakan menjadi beberapa bagian antara lain adalah
stek akar, stek daun, stek batang, stek umbi dan stek pucuk (Pracaya, 1996).
Salah
satu teknik perbanyakan vegetatif yang secara teknis cukup mudah dan sederhana
serta tidak membutuhkan biaya produksi dan investasi yang besar adalah stek.
Teknik perbanyakan vegetatif dengan stek adalah metode perbanyakan tanaman
dengan menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari induknya di mana jika
ditanam pada kondisi yang menguntungkan untuk beregenerasi akan berkembang
menjadi tanaman yang sempurna (Harjadi, 1995).
Hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyetekan adalah pembentukan akar,
karena timbulnya akar merupakan indikasi berhasil tidaknya setek tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu penyetekan adalah
faktor tanaman, faktor lingkungan dan faktor pelaksanaan (Rochiman dan Harjadi
1973).
Perbanyakan
secara stek akan diperoleh tanaman yang baru yang sifatnya seperti
induknya. Stek dengan kekuatan sendiri akan menumbuhkan akar dan daun
sampai dapat menjadi tanaman yang sempurna dan menghasilkan bunga dan buah
(Wudianto, 2002).
Setek
pucuk merupakan salah satu cara perbanyakan vegetatif dengan cara memanfaatkan
tunas atau trubusan dari batang muda yang masih dalam pertumbuhan dengan cara
menumbuhkan tunas-tunas aksiler pada media tanam sehingga menghasilkan akar dan
selanjutnya ditanam dilapangan. Penggunaan zat pengatur tumbuh dilakukan untuk
memacu terbentuknya perakaran pada setek. Auksin seperti IBA, IAA, dan NAA
merupakan komponen dalam zat pengatur tumbuh sintetik yang telah banyak beredar
dipasar yang berfungsi dan memiliki efek sama dalam pembentukan jumlah dan
panjang akar sedangkan penggunaan media tanam merupakan aspek penting dalam
perbanyakan tanaman secara setek karena media tumbuh diperlukan sebagai sarana
penyedian nutrisi (hara tanah), kelembapan, suhu, dan oksigen yang optimal
(Mahfudz dkk , 2006).
Stek
akar banyak yang digunakan pada tanaman perkebunan. Bagian akar yang kita
ambil adalah cabang akar yang tidak jauh dari akar tunggang dan berasal dari
tanaman yang berdaun banyak. Hal ini dimaksudkan agar akar yang digunakan
mempunyai persiapan-persiapan karbohidrat, protein dan lemak sebagai cadangan
makanan dari hasil fotosintesis dan sebagai sumber energy untuk pembentuk akar
baru (Hardjadi, 1996).
Kita
memang kurang akrab dengan stek akar, sehingga pengetahuan kita tentang jenis
tanaman apa yang biasa diperbanyak dengan stek akar juga sangat terbatas.
Orang-orang yang tinggal di negeri 4 musim menyerbutkan bahwa stek akar sangat
mudah dilakukan. Banyak jenis tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara
ini yaitu beberapa tumbuhan yang berbentuk pohon, semak, tanaman pemanjat,
perennial (tanaman tahunan) dan tanaman dataran tinggi dan beberapa tanaman
pohon yang sudah kita ketahui bias diperbanyak dengan stek akar adalah cemara,
jambu biji, jeruk keprok, kesemak, dan sukun (Wudianto, 2002).
Teknik
multiplikasi bibit melalui stek batang bibit merupakan salah satu alternatif
dalam rangka menduplikasi genetik bibit yang diketahui memiliki kualitas
unggul. Dari satu batang bibit yang telah diketahui kualitas genetiknya dapat
diperbanyak menjadi beberapa batang bibit baru yang memiliki kualitas yang
seragam. Teknik multiplikasi bibit ini sangat berguna untuk memperoleh bibit
dalam skala yang banyak dengan kualitas yang seragam dan menghemat penggunaan
benih. Teknik ini akan tersa lebih bermanfaat apabila jenis tanaman sulit
diperoleh benihnya. Dibandingkan multiplikasi secara invitro pada kultur
jaringan, teknik multiplikasi bibit lebih efisien dan tidak membutuhkan sarana
yang lebih rumit. Kunci utama dalam keberhasilan teknik multiplikasi bibit
adalah bagaimana dapat menumbuhkan akar dengan baik (Hidayat, 2010).
Batang
yang dipilih untuk stek batang adalah biasanya mempunyai umur kurang lebih satu
tahun. Cabang yang terlalu tua tentunya kurang baik untuk distek karena
sulit untuk membentuk akar sehingga memerlukan waktu lama, sedangkan cabang
terlalu muda (tekstur lunak) proses penguapan sangat cepat sehingga stek
menjadi lemak dan akhirnya mati (Rukmana, 1996).
Stek
batang adalah stek yang menggunakan bagian dari batang tanaman, sebagian orang
menyebutkan dengan stek cabang. Umumnya tanaman yang dikembangbiakan
dengan stek cabang adalah tanaman berkayu. stek cabang ini meliputi stek
cabang yang telah tua dan cabang yang setengah tua (Wudianto 2002).
Stek
batang banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman buah.
Syarat multah tanaman yang akan diperbanyak secara stek batang adalah harus
memiliki cambium batang, cabang atau ranting yang ideal untuk bahan stek harus
memenuhi syarat berikut : tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dengan umur
tanaman sekitar 1 tahun dan batangnya berwarna kehijaun, sehat yaitu bebas dari
hama dan penyakit,subur, dan tidak tergantung keadaan efisiensi atau kekurangan
salah satu unsure yang diperoleh tanaman, diameter bahan stek sekitar 0,5
cm dan bahan stek harus memiliki cukup bakal tunas (Rahardja dan wahyu,
2003).
Stek
daun adalah pembiakan dengan pematangan sehelai daun dari tanaman induknya
dengan maksud mengusahakan perakaran dari bagian daun tersebut, stek daun
banyak diterapakan pada tanaman hias sukulen, daun lebal berdaging dan
kandungan airnya juga tinggi. Daun yang dipilih untuk stek ini harus
telah cukup umurnya dan mempunyai karbahidrat yang tinggi dan harus hijau
(Setyati, 1995).
Perbanyakan
dengan stek daun yaitu menggunakan sehelai daun yang lengkap dengan tangkainya,
sedangkan pada tanaman lain seperti begonia diperbanyak dengan helai daun tanpa
tangkai.tanaman sukuren yang mempunyai daun berukuran besar, yaitu panjang
lebih dari 10 cm, dapat diperbanyak dengan memotong daunnya secara horizontal
menjadi bagian-bagian (Basir, 1998).
BAB
3. METODOLOGI
3.1.Tempat
dan Waktu
Praktikum pembiakan vegetatif dengan cara setek (cuttage) dilakukan di Laboratorium Produksi Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Kamis tanggal 8
Maret 2012 pukul 14.00 WIB sampai selesai.
3.2.Alat
dan Bahan
3.2.1. Alat
1.
Polibag
2.
Pisau tajam (cutter)
3.
Botol semprot (hand sprayer)
4.
Timba
3.2.2. Bahan
1.
Tanaman buah naga (Hylocereus sp.)
2.
Media pasir
3.
Kompos
4.
Arang sekam
3.3.Cara
Kerja
1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang
diperlukan.
2. Membuat perlakuan media tanam menjadi beberapa
komposisi sebagai berikut:
a.
Mencampur
pasir, kompos, arang sekam perbandingan 3 : 1 : 1
b.
Mencampur
pasir, kompos, arang sekam perbandingan 1 : 3 : 1
c.
Mencampur
pasir, kompos, arang sekam perbandingan 1 : 1 : 3
3. Memasukkan media tanam ke dalam polibag dengan
volume 2/3 bagian dari dasar polibag.
4. Memilih bahan stek dengan memotong bagian
batang buah naga yang agak muda miring 45o ukuran kurang lebih 10
cm.
5. Menanam bahan stek tersebut kedalam polibag
yang telah diisi dengan komposisi media tanam hingga 1/3 bagian.
6. Menjaga kelembaban tanah dengan melakukan
penyiraman menggunakan hand sprayer.
DAFTAR
PUSTAKA
Adinugraha,
Hamdan Adma, dkk. 2007. Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia mangium. Jurnal Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan vol 5 No. 2:1
Basri Jumin, 1998. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta : Rajawali
Press.
Hidayat, Yayat. 2010. Pertumbuhan Akar
Primer, Sekunder, Dan Tersier Stek Batang Bibit Surian. Jurnal Wana Mukti Forestry Research vol 10 (2):1.
Mahfudz, dkk. 2006. Pengaruh Zat
pengatur tumbuh Dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Merbau. Jurnal Pusat Litbang Hutan Tanaman
Universitas Wangsa Manggala Vol 3 No. 1:1.
Pracaya, 1996. Bertanam
Mangga. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Raharja, P.C. dan Wahyu Wiryanta,
2003. Aneka Cara Memperbanyak
Tanaman. Depok : Penerbit
Agro Media Pustaka.
Rahmat Rukmana, 1996. Bertanam Sayuran. Yogyakarta:Kanisius.
Setyati Hardjadi, 1995. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar